Takholli, Tahalli, dan Tajalli
Bismillahirahmanirahim
Dalam pandangan Kaum Sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Ia cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia. Menurut Imam Al-Ghazali, cara hidup seperti ini akan membawa manusia ke jurang kehancuran moral. Kenikmatan hidup di dunia telah menjadi tujuan umat pada umumnya. Pandangan hidup seperti ini menyebabkan manusia lupa akan wujudnya sebagai hamba Allah yang harus berjalan di atas aturan-aturan-Nya.Untuk memperbaiki keadaan mental yang tidak baik tersebut, seseorang yang ingin memasuki kehidupan Tasawwuf harus melalui beberapa tahapan yang cukup berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu sampai ketitik terendah dan bila mungkin mematikan hawa nafsu itu sama sekali.
Tahapan tersebut terdiri atas tiga tingkatan yaitu Takhalli, Tahalli dan Tajalli.
1). Takhalli
Takhalli, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelazatan kehidupan duniawi. Dalam hal ini manusia tidak diminta secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh menghilangkan hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekadar sebagai keperluannya dengan menekan dorongan nafsu yang dapat mengganggu kestabilan akal dan perasaan. Ia tidak menyerah kepada setiap keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak mematikannya. Ia menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tahapnya, sehingga tidak memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia.
Jika hati telah dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia harus diobati. Obatnya adalah dengan melatih membersihkannya terlebih dahulu, iaitu melepaskan diri dari sifat-sifat tercela agar dapat mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
2). Tahalli
Setelah melalui tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang tidak baik dapat dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ke tahap kedua yang disebut Tahalli. Yakni, mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir dan bathin. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS 16 : 90 )
Dengan demikian, tahap Tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan tadi. Sebab, apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak segera ada penggantinya maka kekosongan itu dapat menimbulkan kekecewaan. Oleh kerana itu, setiap satu kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru yang baik. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan akan menghasilkan keperibadian. Jiwa manusia, kata Imam Al Ghazali, dapat dilatih, dapat dikuasai, dapat diubah dan dapat dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.
Sikap mental dan perbuatan luhur yang sangat penting diisikan ke dalam jiwa seseorang dan dibiasakan dalam kehidupannya adalah taubah, sabar, kefakiran, zuhud, tawakkal, cinta, ma’rifah, dan kerelaan. Apabila manusia mampu mengisi hatinya dengan sifat-sifat terpuji, maka ia akan menjadi cerah dan terang.
Manusia yang mampu mengosongkan hatinya dari sifat-sifat yang tercela ( Takhalli ) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji (Tahalli ), segala perbuatan dan tindakannya sehari-sehari selalu berdasarkan niat yang ikhlas. Seluruh hidup dan gerak kehidupannya diikhlaskan untuk mencari keredhaan Allah semata. Kerana itulah manusia yang seperti ini dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
3). Tajalli
Setelah takhalli dan tahalli dilalui, maka sampailah pada tajalli atau mengkoneksikan diri dengan Allah. Di sinilah, manusia bisa mencapai derajat insan kamil saat ia benar meraakan nikmat dari suluknya.
Firman Allah SWT dalam Surat Thaha
وَاِنِّيْ لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.
Betaubat dari kesyirikan maupun hal yang mengotori hati lainnya adalah pengamalan dari takhalli. Beriman dan beramal shaleh adalah salah satu manifestasi dari tahalli. Dan tetap istiqamah dalam petunjuk merupakan wujud dari tajalli. Karenanya, orang yang seperti ini layak untuk mendapatkan ampunan dan ridha Allah.Saat itulah, seorang manusia yang lemah dan hina menjadi sempurna dan mulia.
Sayyid Abdul Karim bin Ibrahim Jaelani dalam kitabnya “ Al Insanul Kamil” mengatakan ada empat tingkatan tajalli :
a). Tajalli Af’al
Tajalli Af’al (perbuatan) lenyapnya af’al seorang hamba dan yang ada hanya af’al Allah SWT. Af’al yang hakiki adalah Af”al Allah. Segala sesuatu yng ada ini pada hakiakatnya adalah hasil af’al Allah, yang dilakukan oleh makhluknya merupakan sunatullah semata. Sunatullah yang merupakan sebab dan akibat.
Alah berfiman : “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu” (Q.S. Ash Shafat 37 : 96).
b). Tajalli Asma
Tajalli asma (nama-nama) ialah fananya seseorang hamba pada waktu ibadat atau munajat kepada salah satu atau beberpa dari asma Allah.
Kita mengetahui ada 99 (sembilanpuluh Sembilan) nama Allah yang dinamakan Asmaul Husna. Apabila seseorang fana ke dalam salah satu asmaul husna, kemudian dia menyeru atau berdo’a kepada asma tersebut, maka Allah akan menjawab dan memperkenankan do’anya. Umpamanya, bila seseorang fana ke dalam asma Al ‘Aliim (Yang Maha Mengetahui), atau Ar Razzak ( Yang Maha Memberi Rezeki) dan dia berdo’a untuk mendapatkan sesuatu ilmu atau rezeki, maka Allah akan memperkenankan do’anya itu.
c). Tajalli Sifat
Tajalli sifat pengertiannya ialah seseorang fana dengan sifat-sifat Allah yang maha sempurna. Seseorang yang fana fissifat secara haqqul yakin merasakan keagungan sifat-sifat Allah itu, pengertian tajalli sifat hampir sama dengan pengertian tajalli asma.
d). Tajalli Zat
Tajalli zat ialah fananya seseorang hamba ke dalam zat yang wajibul wujud, sehingga terpancalah Nur bahwa hanya Allah sajalah yang merupakan wujud yang mutlak.
Tiada wujud secara mutlak kecuali Allah SWT. Itulah tingkatan-tingkatan tajalli yang dapat kami simpulkan dari kita “Insanul Kamil” (Abdul Karim : 36-46).
Tajalli tingkat tertinggi seperti yang diuraikan di atas amatlah sulit bila pembahasannya hanya melalui akal.
Akal terbatas maudhuk pembahasannya, terutama kepada maslah-masalah alam fisika. Alam sulit menjangkau alam metafisika. Kalbu hati nurani manusia, dapat memuat sifat-sifat dan asma Allah sebagaimana tersebut di dalam hadits Rasulullah, dapatlah pula dia menjangkau alam fisika dan alam metafisika.
Takholi, tahalli, dan tajali juga di lambangkan juga dalam gambar di atas.
Wallahu a’lam bisshawab.
One Comment
Ajiib… Teras majeng kapayuna… Aamiin